![]() |
| Tu Sop |
Bireuen- Teungku H. Muhammad Yusuf atau akrab disampa Tu Sop mengatakan, siapapun yang diembankan tugas sebagai pemimpin, maka ia berkewajiban mengemban amanah tersebut dengan baik. Pemimpin harus berbeda dengan rakyat. Bila rakyat bisa mengeluh karena dampak dari kepemimpinan, maka pemimpin tidak boleh demikian.
Menurut Tu Sop, tidak ada teori kepemimpinan yang membenarkan seorang pemimpin untuk mengeluh. Karena dengan jabatan yang ia sandang, tugasnya untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh rakyat.
“Fungsi pemimpin adalah sebagai motor, motivator dan pemberi solusi atas masalah yang dihadapi oleh rakyat. Ia tidak boleh mengeluh dihadapan rakyatnya. Karena bila pemimpin ikut mengeluh, lalu siapa pula yang akan memberikan motivasi?,” Ujar Tu Sop pada medio awal September 2016.
Tu Sop juga mengatakan, seorang pemimpin tidak boleh sentimentil. Ia tidak dibenarkan untuk partisan ketika menjalankan tugas. Ia juga tidak boleh berdiam diri. “Pemimpin harus cekatan, solutif dan berani. Tidak boleh membenci sebagian dan menyintai sebagian. Kritik, setajam apapun adalah masukan. Itu pertanda bahwa ada pihak yang peduli terhadap kinerja pemimpin,” ujarnya.
Tu Sop juga mengatakan, pemilihan umum merupakan sebuah ajang memilih pemimpin. Siapapun yang terpilih, awalnya mengajukan diri. Nah, dengan demikian tetap ada pro kontra terhadap sosok yang mengajukan diri itu.
“Pro kontra tetap ada. Pemimpin tidak boleh terjebak pada dinamika yang demikian. Tidak selamanya pujian adalah sanjungan yang tulus. Amanah yang disandang terlalu besar. Untuk itu membutuhkan mereka yang vokal, agar terlihat permasalahan,” katanya.[]
Menurut Tu Sop, tidak ada teori kepemimpinan yang membenarkan seorang pemimpin untuk mengeluh. Karena dengan jabatan yang ia sandang, tugasnya untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh rakyat.
“Fungsi pemimpin adalah sebagai motor, motivator dan pemberi solusi atas masalah yang dihadapi oleh rakyat. Ia tidak boleh mengeluh dihadapan rakyatnya. Karena bila pemimpin ikut mengeluh, lalu siapa pula yang akan memberikan motivasi?,” Ujar Tu Sop pada medio awal September 2016.
Tu Sop juga mengatakan, seorang pemimpin tidak boleh sentimentil. Ia tidak dibenarkan untuk partisan ketika menjalankan tugas. Ia juga tidak boleh berdiam diri. “Pemimpin harus cekatan, solutif dan berani. Tidak boleh membenci sebagian dan menyintai sebagian. Kritik, setajam apapun adalah masukan. Itu pertanda bahwa ada pihak yang peduli terhadap kinerja pemimpin,” ujarnya.
Tu Sop juga mengatakan, pemilihan umum merupakan sebuah ajang memilih pemimpin. Siapapun yang terpilih, awalnya mengajukan diri. Nah, dengan demikian tetap ada pro kontra terhadap sosok yang mengajukan diri itu.
“Pro kontra tetap ada. Pemimpin tidak boleh terjebak pada dinamika yang demikian. Tidak selamanya pujian adalah sanjungan yang tulus. Amanah yang disandang terlalu besar. Untuk itu membutuhkan mereka yang vokal, agar terlihat permasalahan,” katanya.[]
acehtrend

Tidak ada komentar:
Posting Komentar